Setiap satu tahun sekali, UKM Serufo UNY mengadakan pameran akbar, yaitu pameran besar (pameran bersama alumni) dan pameran ekspedisi yang waktunya bergantia. Setelah pada tahun sebelumnya pameran besar yang berjudul “Gen Alpha” diselenggarakan, tahun ini giliran pameran ekspedisi. Jadi sebelum mengadakan pameran ini, kami terlebih dahulu mengadakan ekspedisi atau perjalanan ke sebuah daerah yang memiliki ciri khas tersendiri dalam proses pembuatan karya.
Tahun 2017 ini ekspedisi dilakukan di Kasepuhan Ciptagelar berada di wilayah Kasepuhan Sukamulya Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jarak Kasepuhan Ciptagelar dari Desa Sirnaresmi 14 Km, dari kota kecamatan 27 Km, dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 Km dan dari Bandung 203 Km ke arah Barat. Tempat ini dipilih karena Kasepuhan adat ini mempunyai ciri khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakatnya, namun tetap mau menerima teknologi dari luar. Jadi mereka memanfaatkan teknologi yang ada dan tetap memegang teguh adat.
Ekspedisi ini dilakukan pada 15 – 23 September 2017 yang diikuti oleh 17 (tujuh belas) anggota aktif Serufo yang terdiri dari 10 (sepuluh) orang dari bidang fotografi dan 7 (tujuh) orang dari seni rupa. Perjalan yang ditempuh sangatlah panjang dan melelahkan. Untuk sampai di Kasepuhan Ciptagelar membutuhkan waktu kurang lebih satu hari. Jadi, waktu efektif untuk berkarya di sana adalah 5 (lima) hari. Selama di sana, kami tinggal di salah satu rumah warga yang bernama Kang Yoyo. Adapun bahan-bahan yang digunakan cenderung menggunakan material yang terdapat di sekitar pemukiman, seperti dinding bilik (anyaman bambu), rangka kayu dan atap dari ijuk, rumbia atau tepus. Jenis rumah mereka adalah rumah panggung.
Kasepuhan Ciptagelar memiliki banyak sekali lumbung padi yang disebut Leuit. Di dalam Leuit inilah mereka menyimpan padi yang sudah dipanen. Setiap warga biasanya memiliki 1 (satu) bahkan lebih. Selain itu masyarakat Kasepuhan Ciptagelar tidak diperbolehkan menjual padi ataupun beras. Sistem tersebut menjadikan ciri khas di Kasepuhan Ciptagelar, karena dengan cara tersebut masyarakat Kasepuhan Ciptagelar tidak pernah kekurangan persediaan beras.
Setelah ekspedisi berakhir, pameran pun akan digelar untuk menampilkan karya-karya yang di dapat dari Kasepuhan Ciptagelar. Dengan Arabain Rambey sebagai kurator karya fotografi dan Deska Bayu sebagai kurator karya seni rupa. Pameran ini kami beri nama “Leuit” untuk melambangkan Kasepuhan Ciptagelar dan diselenggarakan pada tanggal 4 – 7 November 2017 di Pendhapa Art Space. Selain memamerkan karya-karya, kami juga mengadakan acara workshop “Rebranding Logo” oleh Anton Rimanang pada Minggu, 5 November 2017 dan workshop “Etnofotografi” oleh Arbain Rambey pada Senin, 6 November 2017. Rangkaian acara ini semuanya gratis (hanya menyumbangkan satu buku bacaan menarik sebagai tiket masuk). (Putri Mahanani)